Hanya gelap yang terasa, bimbang,
takut dan cemas. Semua rasa perih itu hadir, air di pelupuk mata tak ada yang
bisa membendung. Ia keluar dengan suka cita. Hidup tiada lah benar-benar
bahagia, itu sudah pasti. Tak mungkin ada orang di semesta ini yang tak
pernah merasakannya, hanya saja kau tak memiliki kesempatan untuk melihat lukanya
karena ia pandai bertopeng.
Ketika perih itu menghampiri, maka genggamlah kedua
tanganmu, pejamkan matamu, dan menangislah. Ya, menangislah tak apa.
Menangislah dalam sepimu jika kau ingin menjaga rasa sekitarmu.
Tapi tunggu, bukankah sebelumnya
kau pun pernah mengalami perih? Ini bukanlah yang pertama kan? Hanya saja
mengapa begitu berat? karena perih ini melibatkan banyak pasang mata, telinga,
dan bibir, hingga kau pun mulai takut akan penilaian orang. Kau seperti
berkompetisi untuk menunjukkan siapa
yang paling hebat, saat kau gagal memperlihatkannya kau merasa hina dan
akhirnya kau terpuruk dalam sedihmu. Semua kepercayaan dirimu luntur terbakar
rasa hina itu.