Hanya gelap yang terasa, bimbang,
takut dan cemas. Semua rasa perih itu hadir, air di pelupuk mata tak ada yang
bisa membendung. Ia keluar dengan suka cita. Hidup tiada lah benar-benar
bahagia, itu sudah pasti. Tak mungkin ada orang di semesta ini yang tak
pernah merasakannya, hanya saja kau tak memiliki kesempatan untuk melihat lukanya
karena ia pandai bertopeng.
Ketika perih itu menghampiri, maka genggamlah kedua
tanganmu, pejamkan matamu, dan menangislah. Ya, menangislah tak apa.
Menangislah dalam sepimu jika kau ingin menjaga rasa sekitarmu.
Tapi tunggu, bukankah sebelumnya
kau pun pernah mengalami perih? Ini bukanlah yang pertama kan? Hanya saja
mengapa begitu berat? karena perih ini melibatkan banyak pasang mata, telinga,
dan bibir, hingga kau pun mulai takut akan penilaian orang. Kau seperti
berkompetisi untuk menunjukkan siapa
yang paling hebat, saat kau gagal memperlihatkannya kau merasa hina dan
akhirnya kau terpuruk dalam sedihmu. Semua kepercayaan dirimu luntur terbakar
rasa hina itu.
Namun, mari bersama merenungkan. Ingatlah bahwa semesta itu seimbang, tiada
bahagia yang abadi pun juga tiada sakit yang abadi. Kau ingat lagi, TIADA SAKIT
YANG ABADI maka kau akan temukan jawaban dari perih mu. Perih mu tidaklah
abadi, jadi selanjutnya akan ada bahagiamu, disaat itu tiba semua yang kau
anggap sakit, ia akan sirna. Jika semesta ini adalah seimbang, maka mengapa engkau
terlalu berlebih dalam menunjukkan perih mu dan sangat mengerikan hingga kau
berpikir untuk pergi dari semesta ini.
Saat ini perih mu masih bersarang
dan enggan pergi, tak apa tak perlu hiraukan ia. Semakin kau hiraukan semakin
engkau terpanah dan terrayu perih itu, hingga kau lupa akan adanya hari bahagiamu.
Kau fokuskan kepada perihmu hingga hari demi hari kau hanya merawatnya, yang itu
tiada guna, kau campakkan dirimu dan kekuatanmu, kau lebih memilih memeluk
perih itu. Waktu berhargamu telah hilang tercuri sang perih. Kau merugi, sangat
merugi. Mengapa engkau mendua? Dirimu dan kuatmu adalah setiamu, ia akan terus
bersamamu menjalani hari-hari mu yang berharga tanpa kesia-siaan namun perihmu
itu berlawanan darinya. Jadi semua pilihan tentu ada padamu, aku telah
membuatnya jelas bukan? Memberimu pilihan dengan banyak pertimbangan. Kini hanya
dirimu sendiri yang bisa memutuskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar