Kamis, 02 Juli 2020

Saat perih itu datang T_T


Hanya gelap yang terasa, bimbang, takut dan cemas. Semua rasa perih itu hadir, air di pelupuk mata tak ada yang bisa membendung. Ia keluar dengan suka cita. Hidup tiada lah benar-benar bahagia, itu sudah pasti. Tak mungkin ada orang di semesta ini yang tak pernah merasakannya, hanya saja kau tak memiliki kesempatan untuk melihat lukanya karena ia pandai bertopeng.

Ketika perih  itu menghampiri, maka genggamlah kedua tanganmu, pejamkan matamu, dan menangislah. Ya, menangislah tak apa. Menangislah dalam sepimu jika kau ingin menjaga rasa sekitarmu.

Tapi tunggu, bukankah sebelumnya kau pun pernah mengalami perih? Ini bukanlah yang pertama kan? Hanya saja mengapa begitu berat? karena perih ini melibatkan banyak pasang mata, telinga, dan bibir, hingga kau pun mulai takut akan penilaian orang. Kau seperti berkompetisi untuk menunjukkan siapa yang paling hebat, saat kau gagal memperlihatkannya kau merasa hina dan akhirnya kau terpuruk dalam sedihmu. Semua kepercayaan dirimu luntur terbakar rasa hina itu.

Namun, mari bersama merenungkan.  Ingatlah bahwa semesta itu seimbang, tiada bahagia yang abadi pun juga tiada sakit yang abadi. Kau ingat lagi, TIADA SAKIT YANG ABADI maka kau akan temukan jawaban dari perih mu. Perih mu tidaklah abadi, jadi selanjutnya akan ada bahagiamu, disaat itu tiba semua yang kau anggap sakit, ia akan sirna. Jika semesta ini adalah seimbang, maka mengapa engkau terlalu berlebih dalam menunjukkan perih mu dan sangat mengerikan hingga kau berpikir untuk pergi dari semesta ini.

Saat ini perih mu masih bersarang dan enggan pergi, tak apa tak perlu hiraukan ia. Semakin kau hiraukan semakin engkau terpanah dan terrayu perih itu, hingga kau lupa akan adanya hari bahagiamu. Kau fokuskan kepada perihmu hingga hari demi hari kau hanya merawatnya, yang itu tiada guna, kau campakkan dirimu dan kekuatanmu, kau lebih memilih memeluk perih itu. Waktu berhargamu telah hilang tercuri sang perih. Kau merugi, sangat merugi. Mengapa engkau mendua? Dirimu dan kuatmu adalah setiamu, ia akan terus bersamamu menjalani hari-hari mu yang berharga tanpa kesia-siaan namun perihmu itu berlawanan darinya. Jadi semua pilihan tentu ada padamu, aku telah membuatnya jelas bukan? Memberimu pilihan dengan banyak pertimbangan. Kini hanya dirimu sendiri yang bisa memutuskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saat perih itu datang T_T

Hanya gelap yang terasa, bimbang, takut dan cemas. Semua rasa perih itu hadir, air di pelupuk mata tak ada yang bisa membendung. Ia keluar...