BUDIDAYA
TANAMAN SELADA MERAH DALAM SISTEM HIDROPONIK DAN BUDIDAYA TANAMAN MELON SERTA
TOMAT CHERRY PADA IRIGASI TETES
Oleh :
Lia Damayant
201610200311152
Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
Abstrak :
Irigasi
tetes dan hidroponik merupakan dua diantara banyaknya jenis sistem tanam yang
ada. Praktikum ini bertujujuan untuk mengetahui dan mengaplikasikam secara
langsung budidaya tanaman selada merah dalam sistem hidroponik serta budidaya
tanaman chery dan melon dalam sistem irigasi tetes. Praktikum dilaksanakan di
Tamesia UMM pada 19 Oktober 2018 – 09 Desember 2018.
Hasil dari budidaya tersebut terkendala oleh beberapa masalah diantaranya pada
sistem hidroponiknya selada merah yang ditanam tidak tumbuh dengan optimal
sedangkan melon dan tomat chery memiliki kendala seperti klorosis dan
defisiensi unsur hara.
PENDAHULUAN
Selada
(Lactuca sativa L) adalah tanaman
yang termasuk dalam famili Compositae (Sunarjono, 2014). Sebagian besar selada
dimakan dalam keadaan mentah. Selada merupakan sayuran yang populer karena
memiliki warna, tekstur, serta aroma yang menyegarkan tampilan makanan. Tanaman
ini merupakan tanaman setahun yang dapat di budidayakan di daerah lembab,
dingin, dataran rendah maupun dataran tinggi. Pada dataran tinggi yang beriklim
lembab produktivitas selada cukup baik. Di daerah pegunungan tanaman selada
dapat membentuk bulatan krop yang besar sedangkan pada daerah dataran rendah,
daun selada berbentuk krop kecil dan berbunga (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Selada
merah (Red lettuce) merupakan tanaman
sayuran dengan bentuk daun yang bergelombang dan berwarna merah yang banyak di
konsumsi segar oleh masyarakat Indonesia. Tanaman selada merah dapat ditanam
didaerah dataran tinggi. Selada merah juga mengandung zat-zat gizi (nutrient) yang
lengkap atau senyawa lainnya yang berkhasiat sebagai obat, sehingga dengan
demikian selada merah memiliki fungsi ganda, yakni sebagai bahan makanan untuk
pemenuhan gizi masyarakat dan pengobatan beberapa macam penyakit. Selada merah
memiliki pasar yang luas sehingga mudah dipasarkan, kebutuhan selada merah di
pasaran akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan
peningkatan pendidikan masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi selada
merah yang semakin besar, diperlukan penanganan pembudidayaan yang serius
melalui usaha intensifikasi (peningkatan produksi) dan usaha ekstensifikasi
(perluasan areal pertanaman). Peningkatan produksi melalui usaha intensifikasi
pertanian meliputi kegiatan cara bercocok tanam, penggunaan varietas unggul,
pemupukan, pengairan, dan pengendalian hama serta penyakit tanaman. Sedangkan
peningkatan produksi melalui usaha ekstensifikasi pertanian adalah memperluas
areal lahan penanaman (Sa’diah, 2015).
Tomat
(Lycopersicon esculentum) termasuk
dalam famili Solanaceae. Tomat
varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry
yang didapati tumbuh liar di Ekuador dan Peru, dan telah menyebar luas di
seluruh dunia, dan di beberapa negara tropis menjadi berkembang secara alami
(Harjadi 1989). Tomat cherry memiliki beberapa varietas diantaranya adalah
Royal Red Cherry yang berdiameter 3.1 - 3.5 cm dan Short Red Cherry yang
berdiameter 2 - 2.5 cm, Oregon Cherry yang diameternya 2.5 - 3.5 cm dengan
bobot 10 - 20 g, serta Golden Pearl yang bobotnya 8 - 10 g dan Season Red yang
bobotnya 25 g diproduksi oleh Known You Seed di Taiwan (Cahyono 2008).
Tomat
merupakan tanaman perdu semusim, berbatang lemah dan basah. Daunnya berbentuk
segitiga. Bunganya berwarna kuning. Buahnya buah buni, hijau waktu muda dan
kuning atau merah waktu tua. Berbiji banyak, berbentuk bulat pipih, putih atau
krem, kulit biji berbulu. Perbanyakan dengan biji kadangkadang dengan setek
batang cabang yang telah tua. Tomat secara umum dapat ditanam di dataran
rendah, medium, dan tinggi, tergantung varietasnya. Namun, kebanyakan varietas
tomat hasilnya lebih memuaskan apabila ditanam di dataran tinggi yang sejuk dan
kering sebab tomat tidak tahan panas terik dan hujan. Suhu optimal untuk
pertumbuhannya adalah 23° C pada siang hari dan 17° C pada malam hari. Tanah
yang cocok untuk tanaman ini adalah tanah itu banyak mengandung humus, gembur,
sarang, dan berdrainase baik. Sedangkan keasaman tanah yang ideal untuknya
adalah netral, yaitu sekitar 6-7. Proses budidaya tomat cherry tidak berbeda
dengan budidaya tomat jenis lain, yaitu dimulai dari persiapan media tanam,
pemeliharaan pembibitan/ penyemaian, pemindahan bibit / transplanting,
persiapan media tanam, teknik penanaman dan penentuan pola tanam, pemeliharaan
tanaman, hama dan penyakit tanaman dan panen.
Sistem
budidaya memiliki banyak sekali jenis ragamnya diantaranya dapat menggunakan
sistem hidroponik dan budidaya menggunakan sistem irigasi tetes, dimana dua
daunya merupaka inovasi dari bidang pertanian yang budidayanya tidak hanaya
sekedar budidaya yang dilakukan petani pada umunya.
Hidroponik
berasal dari bahasa Yunani, yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang berarti
kerja, sehingga keseluruhannya dapat diartikan sebagai kerja air. Hidroponik
menggunakan cara bercocok tanam dengan media tanpa tanah. Media yang digunakan,
yaitu air atau bahan porous lainnya sebagai media tanam yang dapat menyimpan
kandungan nutrisi di dalamnya. Prinsip dasar dari hidroponik adalah memberikan
atau menyediakan nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam bentuk larutan.
Pemberian nutrisi dilakukan dengan menyiramkan atau meneteskannya pada tanaman.
Larutan hara hidroponik harus mengandung unsur hara makro seperti N, P, K, Ca,
Mg, dan S serta hara mikro seperti Fe, B, Mn, Zn, Cu, dan Mo. Larutan hara
dapat menggunakan pupuk hidroponik yang tersedia atau mencampur berbagai macam
pupuk (Lingga, 1999).
Salah satu nutrisi yang umum digunakan dalam
sistem budidaya hidroponik adalah AB Mix. Nutrisi AB Mix merupakan pupuk yang
terdiri atas dua kemasan berbeda. Kemasan pertama merupakan “pupuk A” yang
secara umum berisi unsur hara makro. Kemasan lainnya merupakan “pupuk B” yang
secara umum berisi unsur hara mikro. Pemberian nutrisi pada sistem hidroponik
dilakukan bersamaan dengan penyiraman (fertigasi). Pengelolaan air dan hara
dalam sistem hidroponik difokuskan terhadap cara pemberian yang optimal dengan
mengalirkan nutrisi secara terus-menerus sehingga tidak ada air yang menggenang
dan tidak ada unsur hara yang mengendap melalui sistem irigasi tetes (Siswandi,
2008).
Kondisi
nutrisi tanaman dikontrol secara rutin menggunakan EC meter untuk mengetahui
kesesuaian larutan terhadap larutan unsur hara dalam air dan kebutuhan unsur
hara bagi tanaman. Nilai EC menunjukkan jumlah konsentrasi ion di dalam air.
Menurut Puspitasari (2011), jika kepekatan larutan nutrisi dengan EC terlalu
tinggi, maka tanaman sudah tidak sanggup menyerap hara lagi karena telah jenuh.
Aliran hara hanya lewat, tanpa diserap akar. Menurut Prita et al. (2013),
semakin besar nilai EC maka semakin cepat penyerapan unsur hara oleh tanaman
sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman yang lebih cepat dan juga
berpengaruh pada umur panen tanaman.
Selain
hidroponik ada pula budaya menggunakan irigasi tetes, irigasi tetes merupakan
cara pemberian air dengan jalan meneteskan air melalui pipa-pipa secara setempat
di sekitar tanaman atau sepanjang larikan tanaman. Disini hanya sebagian dari
daerah perakaran yang terbasahi tetapi seluruh air yang ditambahkan dapat
diserap cepat pada keadaan kelembapan tanah rendah. Jadi keuntungan cara ini
adalah penggunaan air irigasi yang sangat efisien (Udiana, I M et all, 2014) .
Berdasarkan
Dirjen Pengelolaan Lahan Dan Air Departemen Pertanian,2008 bahwa komponen
penyusun sistem irigasi tetes adalah a. Sumber air Irigasi b. Pompa dan tenaga
penggerak, c. Jaringan Perpipaan Jaringan pipa irigasi tetes terdiri dari : 1)
Emiter atau penetes, merupakan komponen yang menyalurkan air dari pipa lateral
ke tanah sekitar tanaman secara kontinu dengan debit rendah dan tekanan
mendekati tekanan atmosfer. 2) Lateral, merupakan pipa dimana emitter
ditempatkan. Bahan yang digunakan sebagai lateral biasanya terbuat dari pipa
PVC atau PE dengan diameter ½ inci – 1 ½ inci. 3) Pipa sub utama atau Manifold,
merupakan pipa yang mendistribusikan air ke pipa-pipa lateral. Pipa sub utama
atau manifold biasanya dari bahan pipa PVC dengan diameter 2 inci – 3 inci. 4)
Pipa utama, merupakan komponen yangmenyalurkan air dari sumber air ke pipa-pipa
distribusi dalam jaringan. Bahan pipa utama biasanya dipilih dari pipa PVC atau
paduan antara semen dan asbes. Ukuran pipa utama biasanya berdiameter antara
7,5 – 25 cm. pipa utama dapat dipasang di atas atau di bawah permukaan tanah.
5) Komponen pendukung, terdiri dari katup-katup, saringan, pengatur tekanan,
pengatur debit, tangki bahan kimia, sistem pengontrol dan lain-lain.
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan mengaplikasikam secara langsung
budidaya tanaman selada merah dalam sistem hidroponik serta budidaya tanaman
chery dan melon
Sistem Hidroponik
Metode
pelaksanaan dalam budidaya selada merah di hidroponik diantaranya adalah yang
pertama melakukan pembibitan selada merah terlebih dahulu dengan menggunakan
media tanam cocopeat dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1, setelah itu
di semai di seed box. Setelah tanaman selada merah berusia sekitar 14-15 hari
di pindah tanam pada hidroponik. Persiapan penanamannya yang pertama membuat
media tanaman untuk hidroponik yaitu menggunkan rocwool, setelah itu rockwool
di letakkan di pot dan bibit selada merah ditanam dalam pot tersebut setelah
itu diletakkan pada bangunan hidroponik. Setelah ditanam, setiap dua minggu
sekali diberikan nutrisi AB mix dengan dosis 10 ml/1 liter air. Selain
pemberian nutrisi juga perawatan diantaranya air yang mengalir dalam hidroponik
perlu diperhatikan dalam sistem irigasi tetes.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Praktikum di laksanakan di Laboratorium Agronomi Fakultas Petanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang pada Tanggal 19 Oktober 2018 – 09 Desember 2018. Bahan dan Alat Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah polybag, bangunan hidroponik, pipa, pompa, pot, selang, besi untuk ajir, alat tulis, seed box dan alat dokumenatsi. Bahan yang di gunakan benih selada merah, benih melon, benih tomat cherry, rockwool, cocopeat, pupuk kandang, nutrisi AB Mix, pupuk NPK, air.
Pelaksanaan Kegiatan
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Praktikum di laksanakan di Laboratorium Agronomi Fakultas Petanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang pada Tanggal 19 Oktober 2018 – 09 Desember 2018. Bahan dan Alat Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah polybag, bangunan hidroponik, pipa, pompa, pot, selang, besi untuk ajir, alat tulis, seed box dan alat dokumenatsi. Bahan yang di gunakan benih selada merah, benih melon, benih tomat cherry, rockwool, cocopeat, pupuk kandang, nutrisi AB Mix, pupuk NPK, air.
Pelaksanaan Kegiatan
Sistem Irigasi Tetes
Metode pelaksanaan budidaya melon
dan tomat chery pada sistem irigasi tetes metode diantaranya adalah yang
pertama melakukan pembibitan melon dan tomat chery terlebih dahulu dengan
menggunakan media tanam cocopeat dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1,
setelah itu di semai di seed box. Setelah tanaman selada merah berusia sekitar
14-15 hari di pindah tanan. Persiapan penanamannya yang pertama membuat media
tanaman untuk yaitu cocopeat yang diisikan pada polybag, setelah memindahkan
bibit melon dan tomat chery pada media tanam tersebut. Selanjutnya memasangkan
irigasi tetes pada setiap polybag. Setiap dua minggu sekali diberikan nutrisi
AB mix dengan dosis 10 ml/1 liter air. Selanjutnya juga diberi pupuk tambahan
yaitu NPK agar memaksimalkan pertumbuhan. Perawatan yang dilakukan diantaranya
membersihkan gulma yang tumbuh pada polybag.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Hidroponik
Hasil
dari tanaman selada yang ditanam dalam hidroponik dapat dilihat dalam gambar
tersebut dimana tanaman selada merah yang kami tanam tidak tumbuh dengan baik,
berbeda dengan kelompok lain meskipun dalam satu aliran air. Kekerdilan yang terjadi pada beberapa
sampel tanaman juga disebabkan oleh distribusi ketinggian dari air larutan yang
berpengaruh pada pertumbuhan akar pada
awal penanaman. Beberapa sampel masih memiliki akar yang belum mampu menjangkau
air karena ketinggian air pada beberapa tingkatan talang tidak terlalu tinggi
sehingga menyebabkan tanaman selada mengalami defisiensi unsur hara baik unsur
hara makro maupun unsur hara mikro. Unsur hara mikro didalam tanaman sifatnya
relatif tidak mudah bergerak (imobil) sehingga apabila terjadi kekurangan
(defisiensi) akan menetap pada jaringan tersebut. Unsur-unsur hara mikro
tersebut adalah Zn, Fe, Mn, Cu, B, dan Mo. Tumbuhan menanggapi kurangnya
pasokan unsur esensial dengan menunjukkan gejala kekahatan yang khas. Gejala
yang terlihat meliputi terhambatnya pertumbuhan akar, batang atau daun, serta
klorosis atau nekrosis pada berbagai organ.
SISTEM
IRIGASI TETES
Gambar 1. Tanaman Selada merah dalam
hidroponik
Dari hasil budidaya pada sistem irigasi tetes
ditemukan berbagai kendala diantaranya adalah klorosis pada daun. Klorosis
merupakan kondisi daun tanaman mulai menguning dari yang semulanya hijau, hal
ini dikarenakan kekurangan kandungan unsur hara Nitrogen. Kondisi seperti ini
dapat diatasi dengan menambahkan pupuk N kedalam tanaman tersebut dengan dosis
yang telah ditentukan.
KESIMPULAN
DAFTAR
PUSTAKA
Sa’diah,
H. 2015. Penggunaan POC Urine Kelinci
Dalam Budidaya Tanaman Selada Merah (Red
Lettuce). Skripsi. Jurusan Budidaya Tanaman Pangan. Politeknik Pertanian
Negeri Payakumbuh : Lima Puluh Kota.
Rubatzky,
V. E dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran
Dunia 2, Prinsip, Produksi dan Gizi, Edisi Kedua. ITB Ganesha. Bandung. 292
hal.
Sunarjono,
H. 2014. Bertanam 36 Jenis Sayuran.
Penebar Swadaya. Jakarta. 204 hal
Lingga
P. 1999. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta
Siswadi.
2008. Berbagai formulasi nutrisi pada sistem hidroponik. J. inov. pertanian
7(1): 103-110.
Puspitasari
D.A. 2011. Kajian komposisi bahan dasar dan kepekatan larutan nutrisi organik
untuk budidaya Baby Kailan (Brassica oleraceae var. alboglabra) dengan sistem
substrat. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Prita
P.F., Koesriharti, Sunaryo. 2013. Pengaruh penambahan unsur hara mikro (Fe dan
Cu) dalam media paitan cair dan kotoran sapi cair terhadap pertumbuhan dan
hasil bayam merah (Amaranthus tricolor L.) dengan sistem hidroponik rakit
apung. J. Prod. Tanaman 1(3): 48-58.
Direktorat
Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air Depatemen Pertanian.2008 . Pedoman Irigasi
Bertekanan (Irigasi Sprinkler dan Irigasi Tetes).Jakarta.
Udiana,
I et all. 2014. Perencanaan Sistem Irigasi Tetes (Drip Irrigation) di Desa Besmarak Kabupaten Kupang. Jurnal Teknik Sipil. Vol. 3. No. 1. Hal
: 63 – 74.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar