Senin, 30 Maret 2020

Sistem Hidroponik dab Irigasi Tetes dalam budidaya Selada, Tomat, dan Melon

BUDIDAYA TANAMAN SELADA MERAH DALAM SISTEM HIDROPONIK DAN BUDIDAYA TANAMAN MELON SERTA TOMAT CHERRY PADA IRIGASI TETES
Oleh :
Lia Damayant
201610200311152
            Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia
Abstrak :
Irigasi tetes dan hidroponik merupakan dua diantara banyaknya jenis sistem tanam yang ada. Praktikum ini bertujujuan untuk mengetahui dan mengaplikasikam secara langsung budidaya tanaman selada merah dalam sistem hidroponik serta budidaya tanaman chery dan melon dalam sistem irigasi tetes. Praktikum dilaksanakan di Tamesia UMM pada 19 Oktober 2018 – 09 Desember 2018. Hasil dari budidaya tersebut terkendala oleh beberapa masalah diantaranya pada sistem hidroponiknya selada merah yang ditanam tidak tumbuh dengan optimal sedangkan melon dan tomat chery memiliki kendala seperti klorosis dan defisiensi unsur hara.
Kata Kunci : Selada Merah, Hidroponik, irigasi tetes


PENDAHULUAN
Selada (Lactuca sativa L) adalah tanaman yang termasuk dalam famili Compositae (Sunarjono, 2014). Sebagian besar selada dimakan dalam keadaan mentah. Selada merupakan sayuran yang populer karena memiliki warna, tekstur, serta aroma yang menyegarkan tampilan makanan. Tanaman ini merupakan tanaman setahun yang dapat di budidayakan di daerah lembab, dingin, dataran rendah maupun dataran tinggi. Pada dataran tinggi yang beriklim lembab produktivitas selada cukup baik. Di daerah pegunungan tanaman selada dapat membentuk bulatan krop yang besar sedangkan pada daerah dataran rendah, daun selada berbentuk krop kecil dan berbunga (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Selada merah (Red lettuce) merupakan tanaman sayuran dengan bentuk daun yang bergelombang dan berwarna merah yang banyak di konsumsi segar oleh masyarakat Indonesia. Tanaman selada merah dapat ditanam didaerah dataran tinggi. Selada merah juga mengandung zat-zat gizi (nutrient) yang lengkap atau senyawa lainnya yang berkhasiat sebagai obat, sehingga dengan demikian selada merah memiliki fungsi ganda, yakni sebagai bahan makanan untuk pemenuhan gizi masyarakat dan pengobatan beberapa macam penyakit. Selada merah memiliki pasar yang luas sehingga mudah dipasarkan, kebutuhan selada merah di pasaran akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan pendidikan masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi selada merah yang semakin besar, diperlukan penanganan pembudidayaan yang serius melalui usaha intensifikasi (peningkatan produksi) dan usaha ekstensifikasi (perluasan areal pertanaman). Peningkatan produksi melalui usaha intensifikasi pertanian meliputi kegiatan cara bercocok tanam, penggunaan varietas unggul, pemupukan, pengairan, dan pengendalian hama serta penyakit tanaman. Sedangkan peningkatan produksi melalui usaha ekstensifikasi pertanian adalah memperluas areal lahan penanaman (Sa’diah, 2015).
Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh liar di Ekuador dan Peru, dan telah menyebar luas di seluruh dunia, dan di beberapa negara tropis menjadi berkembang secara alami (Harjadi 1989). Tomat cherry memiliki beberapa varietas diantaranya adalah Royal Red Cherry yang berdiameter 3.1 - 3.5 cm dan Short Red Cherry yang berdiameter 2 - 2.5 cm, Oregon Cherry yang diameternya 2.5 - 3.5 cm dengan bobot 10 - 20 g, serta Golden Pearl yang bobotnya 8 - 10 g dan Season Red yang bobotnya 25 g diproduksi oleh Known You Seed di Taiwan (Cahyono 2008).
Tomat merupakan tanaman perdu semusim, berbatang lemah dan basah. Daunnya berbentuk segitiga. Bunganya berwarna kuning. Buahnya buah buni, hijau waktu muda dan kuning atau merah waktu tua. Berbiji banyak, berbentuk bulat pipih, putih atau krem, kulit biji berbulu. Perbanyakan dengan biji kadangkadang dengan setek batang cabang yang telah tua. Tomat secara umum dapat ditanam di dataran rendah, medium, dan tinggi, tergantung varietasnya. Namun, kebanyakan varietas tomat hasilnya lebih memuaskan apabila ditanam di dataran tinggi yang sejuk dan kering sebab tomat tidak tahan panas terik dan hujan. Suhu optimal untuk pertumbuhannya adalah 23° C pada siang hari dan 17° C pada malam hari. Tanah yang cocok untuk tanaman ini adalah tanah itu banyak mengandung humus, gembur, sarang, dan berdrainase baik. Sedangkan keasaman tanah yang ideal untuknya adalah netral, yaitu sekitar 6-7. Proses budidaya tomat cherry tidak berbeda dengan budidaya tomat jenis lain, yaitu dimulai dari persiapan media tanam, pemeliharaan pembibitan/ penyemaian, pemindahan bibit / transplanting, persiapan media tanam, teknik penanaman dan penentuan pola tanam, pemeliharaan tanaman, hama dan penyakit tanaman dan panen.
Sistem budidaya memiliki banyak sekali jenis ragamnya diantaranya dapat menggunakan sistem hidroponik dan budidaya menggunakan sistem irigasi tetes, dimana dua daunya merupaka inovasi dari bidang pertanian yang budidayanya tidak hanaya sekedar budidaya yang dilakukan petani pada umunya.
Hidroponik berasal dari bahasa Yunani, yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja, sehingga keseluruhannya dapat diartikan sebagai kerja air. Hidroponik menggunakan cara bercocok tanam dengan media tanpa tanah. Media yang digunakan, yaitu air atau bahan porous lainnya sebagai media tanam yang dapat menyimpan kandungan nutrisi di dalamnya. Prinsip dasar dari hidroponik adalah memberikan atau menyediakan nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam bentuk larutan. Pemberian nutrisi dilakukan dengan menyiramkan atau meneteskannya pada tanaman. Larutan hara hidroponik harus mengandung unsur hara makro seperti N, P, K, Ca, Mg, dan S serta hara mikro seperti Fe, B, Mn, Zn, Cu, dan Mo. Larutan hara dapat menggunakan pupuk hidroponik yang tersedia atau mencampur berbagai macam pupuk (Lingga, 1999).
 Salah satu nutrisi yang umum digunakan dalam sistem budidaya hidroponik adalah AB Mix. Nutrisi AB Mix merupakan pupuk yang terdiri atas dua kemasan berbeda. Kemasan pertama merupakan “pupuk A” yang secara umum berisi unsur hara makro. Kemasan lainnya merupakan “pupuk B” yang secara umum berisi unsur hara mikro. Pemberian nutrisi pada sistem hidroponik dilakukan bersamaan dengan penyiraman (fertigasi). Pengelolaan air dan hara dalam sistem hidroponik difokuskan terhadap cara pemberian yang optimal dengan mengalirkan nutrisi secara terus-menerus sehingga tidak ada air yang menggenang dan tidak ada unsur hara yang mengendap melalui sistem irigasi tetes (Siswandi, 2008).
Kondisi nutrisi tanaman dikontrol secara rutin menggunakan EC meter untuk mengetahui kesesuaian larutan terhadap larutan unsur hara dalam air dan kebutuhan unsur hara bagi tanaman. Nilai EC menunjukkan jumlah konsentrasi ion di dalam air. Menurut Puspitasari (2011), jika kepekatan larutan nutrisi dengan EC terlalu tinggi, maka tanaman sudah tidak sanggup menyerap hara lagi karena telah jenuh. Aliran hara hanya lewat, tanpa diserap akar. Menurut Prita et al. (2013), semakin besar nilai EC maka semakin cepat penyerapan unsur hara oleh tanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman yang lebih cepat dan juga berpengaruh pada umur panen tanaman.
Selain hidroponik ada pula budaya menggunakan irigasi tetes, irigasi tetes merupakan cara pemberian air dengan jalan meneteskan air melalui pipa-pipa secara setempat di sekitar tanaman atau sepanjang larikan tanaman. Disini hanya sebagian dari daerah perakaran yang terbasahi tetapi seluruh air yang ditambahkan dapat diserap cepat pada keadaan kelembapan tanah rendah. Jadi keuntungan cara ini adalah penggunaan air irigasi yang sangat efisien (Udiana, I M et all, 2014) .
Berdasarkan Dirjen Pengelolaan Lahan Dan Air Departemen Pertanian,2008 bahwa komponen penyusun sistem irigasi tetes adalah a. Sumber air Irigasi b. Pompa dan tenaga penggerak, c. Jaringan Perpipaan Jaringan pipa irigasi tetes terdiri dari : 1) Emiter atau penetes, merupakan komponen yang menyalurkan air dari pipa lateral ke tanah sekitar tanaman secara kontinu dengan debit rendah dan tekanan mendekati tekanan atmosfer. 2) Lateral, merupakan pipa dimana emitter ditempatkan. Bahan yang digunakan sebagai lateral biasanya terbuat dari pipa PVC atau PE dengan diameter ½ inci – 1 ½ inci. 3) Pipa sub utama atau Manifold, merupakan pipa yang mendistribusikan air ke pipa-pipa lateral. Pipa sub utama atau manifold biasanya dari bahan pipa PVC dengan diameter 2 inci – 3 inci. 4) Pipa utama, merupakan komponen yangmenyalurkan air dari sumber air ke pipa-pipa distribusi dalam jaringan. Bahan pipa utama biasanya dipilih dari pipa PVC atau paduan antara semen dan asbes. Ukuran pipa utama biasanya berdiameter antara 7,5 – 25 cm. pipa utama dapat dipasang di atas atau di bawah permukaan tanah. 5) Komponen pendukung, terdiri dari katup-katup, saringan, pengatur tekanan, pengatur debit, tangki bahan kimia, sistem pengontrol dan lain-lain.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan mengaplikasikam secara langsung budidaya tanaman selada merah dalam sistem hidroponik serta budidaya tanaman chery dan melon 
Sistem Hidroponik
            Metode pelaksanaan dalam budidaya selada merah di hidroponik diantaranya adalah yang pertama melakukan pembibitan selada merah terlebih dahulu dengan menggunakan media tanam cocopeat dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1, setelah itu di semai di seed box. Setelah tanaman selada merah berusia sekitar 14-15 hari di pindah tanam pada hidroponik. Persiapan penanamannya yang pertama membuat media tanaman untuk hidroponik yaitu menggunkan rocwool, setelah itu rockwool di letakkan di pot dan bibit selada merah ditanam dalam pot tersebut setelah itu diletakkan pada bangunan hidroponik. Setelah ditanam, setiap dua minggu sekali diberikan nutrisi AB mix dengan dosis 10 ml/1 liter air. Selain pemberian nutrisi juga perawatan diantaranya air yang mengalir dalam hidroponik perlu diperhatikan dalam sistem irigasi tetes. 

BAHAN DAN METODE 

Tempat dan Waktu 
Praktikum di laksanakan di Laboratorium Agronomi Fakultas Petanian-Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang pada Tanggal 19 Oktober 2018 – 09 Desember 2018. Bahan dan Alat Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah polybag, bangunan hidroponik, pipa, pompa, pot, selang, besi untuk ajir, alat tulis, seed box dan alat dokumenatsi. Bahan yang di gunakan benih selada merah, benih melon, benih tomat cherry, rockwool, cocopeat, pupuk kandang, nutrisi AB Mix, pupuk NPK, air. 

Pelaksanaan Kegiatan
Sistem Irigasi Tetes
             Metode pelaksanaan budidaya melon dan tomat chery pada sistem irigasi tetes metode diantaranya adalah yang pertama melakukan pembibitan melon dan tomat chery terlebih dahulu dengan menggunakan media tanam cocopeat dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1, setelah itu di semai di seed box. Setelah tanaman selada merah berusia sekitar 14-15 hari di pindah tanan. Persiapan penanamannya yang pertama membuat media tanaman untuk yaitu cocopeat yang diisikan pada polybag, setelah memindahkan bibit melon dan tomat chery pada media tanam tersebut. Selanjutnya memasangkan irigasi tetes pada setiap polybag. Setiap dua minggu sekali diberikan nutrisi AB mix dengan dosis 10 ml/1 liter air. Selanjutnya juga diberi pupuk tambahan yaitu NPK agar memaksimalkan pertumbuhan. Perawatan yang dilakukan diantaranya membersihkan gulma yang tumbuh pada polybag.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Hidroponik
Hasil dari tanaman selada yang ditanam dalam hidroponik dapat dilihat dalam gambar tersebut dimana tanaman selada merah yang kami tanam tidak tumbuh dengan baik, berbeda dengan kelompok lain meskipun dalam satu aliran air. Kekerdilan yang terjadi pada beberapa sampel tanaman juga disebabkan oleh distribusi ketinggian dari air larutan yang berpengaruh pada pertumbuhan  akar pada awal penanaman. Beberapa sampel masih memiliki akar yang belum mampu menjangkau air karena ketinggian air pada beberapa tingkatan talang tidak terlalu tinggi sehingga menyebabkan tanaman selada mengalami defisiensi unsur hara baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Unsur hara mikro didalam tanaman sifatnya relatif tidak mudah bergerak (imobil) sehingga apabila terjadi kekurangan (defisiensi) akan menetap pada jaringan tersebut. Unsur-unsur hara mikro tersebut adalah Zn, Fe, Mn, Cu, B, dan Mo. Tumbuhan menanggapi kurangnya pasokan unsur esensial dengan menunjukkan gejala kekahatan yang khas. Gejala yang terlihat meliputi terhambatnya pertumbuhan akar, batang atau daun, serta klorosis atau nekrosis pada berbagai organ.
SISTEM IRIGASI TETES
Gambar 1. Tanaman Selada merah dalam hidroponik
            Dari hasil budidaya pada sistem irigasi tetes ditemukan berbagai kendala diantaranya adalah klorosis pada daun. Klorosis merupakan kondisi daun tanaman mulai menguning dari yang semulanya hijau, hal ini dikarenakan kekurangan kandungan unsur hara Nitrogen. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan menambahkan pupuk N kedalam tanaman tersebut dengan dosis yang telah ditentukan.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Sa’diah, H. 2015. Penggunaan POC Urine Kelinci Dalam Budidaya Tanaman Selada Merah (Red Lettuce). Skripsi. Jurusan Budidaya Tanaman Pangan. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh : Lima Puluh Kota.
Rubatzky, V. E dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 2, Prinsip, Produksi dan Gizi, Edisi Kedua. ITB Ganesha. Bandung. 292 hal.
Sunarjono, H. 2014. Bertanam 36 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta. 204 hal
Lingga P. 1999. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta
Siswadi. 2008. Berbagai formulasi nutrisi pada sistem hidroponik. J. inov. pertanian 7(1): 103-110.
Puspitasari D.A. 2011. Kajian komposisi bahan dasar dan kepekatan larutan nutrisi organik untuk budidaya Baby Kailan (Brassica oleraceae var. alboglabra) dengan sistem substrat. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Prita P.F., Koesriharti, Sunaryo. 2013. Pengaruh penambahan unsur hara mikro (Fe dan Cu) dalam media paitan cair dan kotoran sapi cair terhadap pertumbuhan dan hasil bayam merah (Amaranthus tricolor L.) dengan sistem hidroponik rakit apung. J. Prod. Tanaman 1(3): 48-58.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air Depatemen Pertanian.2008 . Pedoman Irigasi Bertekanan (Irigasi Sprinkler dan Irigasi Tetes).Jakarta.
Udiana, I et all. 2014. Perencanaan Sistem Irigasi Tetes (Drip Irrigation) di Desa Besmarak Kabupaten Kupang. Jurnal Teknik Sipil. Vol. 3. No. 1. Hal : 63 – 74.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saat perih itu datang T_T

Hanya gelap yang terasa, bimbang, takut dan cemas. Semua rasa perih itu hadir, air di pelupuk mata tak ada yang bisa membendung. Ia keluar...