Sabtu, 12 Mei 2018

Hijrah, Keharusan Bukan Pilihan


Oleh : Lia Damayanti


      Manusia adalah makhluk yang mendapat amanah dari Allah Subhanahu wa ta’ala sebagai khalifah di muka bumi  yang  memiliki kewajiban untuk beribadah kepada-Nya. Selain itu, sebagai khalifah manusia juga mempunyai kewajiban untuk mencegah kemungkaran yang ada di muka bumi. Sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, maka sudah seharusnya manusia beribadah kepada Allah serta menjauhi larangan dan mematuhi perinta-Nya.

Hijrah adalah meninggalkan segala yang pernah dilakukan dan itu dilarang oleh Allah Subhanahu wa ta’ala serta berjalan menuju  jalan kebenaran yang telah diperintahkan oleh  Allah Subhanahu wa ta’ala dan yang telah dicontohkan Rosulullah shallallahu alaihi wasallam. Dalam hal ini sudah dapat diketahui bahwa meninggalkan keburukan untuk menuju ke jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah wajib. Jadi dapat disimpulkan bahwa hijrah itu wajib, ketika hukum itu menjadi wajib maka tidak dapat ditawar lagi, itu menjadi sebuah keharusan.

Manusia memang memiliki kebebasan, ia bebas memilih jalan sesuai dengan yang ia inginkan. Ia juga bebas memilih dalam kehidupannya. Manusia bebas memilih tuhan yang ia sembah, dan menusia juga bebas memilih untuk tidak bertuhan. Namun, jika kita berpikir rasional saat manusia memilih kebebasannya dengan seenak hatinya sendiri bukan kah itu merupakan sebuah keegoisan? mengapa itu menjadi sebuah keegoisan? karena kebebasan yang ia pilih terkadang melanggar hak-hak orang lain bahkan melanggar hak Allah Subhanahu wa ta’ala. Bagaimana itu bisa melanggar hak Allah Subhanahu wa ta’ala? hal Allah atas manusia adalah manusia beribadah kepada Allah, sebagaimana kewajiban manusia selaku makhluk Allah. Ketika manusia itu tidak beribadah kepada Allah dan bahkan tidak mengakui Allah Subhanahu wa ta’ala bukankah itu telah merampas hak Allah?

Allah Subhanahu wa ta’ala adalah tuhan yang Maha Adil, semua perbuatan yang telah dilakukan oleh manusia dan semua makhluk Allah, Allah akan membalasnya dengan seadil-adilnya. Jika kita berpikir logis, apabila setelah kehidupan di dunia itu tidak ada kehidupan lagi seperti yang dikira orang-orang tak mengakui adanya tuhan, maka tidak akan pernah ada keadilan. Bagaimana dengan orang-orang yang terbunuh karena kejahatan sebuah rezim, orang-orang yang difitnah hingga ia wafat, orang-orang yang teraniaya, tertindas? maka jika tidak ada kehidupan setelah kehidupan dunia tidak akan pernah ada keadilan. Untuk itulah Allah Subhanahu wa ta’ala menciptakan Surga dan Neraka, sebagai bentuk keadilan Allah untuk menghakimi segala perbuatan manusia. Tentu tidak ada dari kita yang ingin merasakan sakitnya siksa api neraka bukan? dan Demi Allah, semua orang yang tingal di neraka itu adalah orang selalu berkata menyesal karena jauh dari jalan Allah dulu saat di dunia.

Jadi, apakah kita akan tetap semena-mena dengan piihan hidup? hingga kelak di akhirat menyesal? sudah jelas bukan, tidak ada yang ingin masuk neraka, dan untuk dapat menggapai itu tiada jalan selain menuju jalan yang di ridhoi Allah Subhanahu wa ta’ala. Lalu apakah masih menjadikan hijrah sebagai sebuah pilihan? kebimbangan? sudah saatnya menjadikan hijrah itu sebagai keharusan untuk menggapai ridho Allah Subhanahu wa ta’ala. InsyaAllah dengan berhijrah ketenangan akan kita dapatkan karena kita akan senantiasa dekat dengan Allah dan selalu mendapatkan petunjuk dari Allah untuk selalu melangkah kejalan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saat perih itu datang T_T

Hanya gelap yang terasa, bimbang, takut dan cemas. Semua rasa perih itu hadir, air di pelupuk mata tak ada yang bisa membendung. Ia keluar...